Yogyakarta, SPA Indonesia -- Bercerita menjadi salah satu cara yang ampuh untuk menyampaikan pesan. Ini adalah salah satu metode yang dikembangkan Yayasan SPA Indonesia sejak berdiri tahun 1985.
Selain metode ini, SPA Indonesia juga dikenal dengan dua metode lain yaitu bermain dan menyanyi.
Di banyak kalangan pendidik Islam, metode ini dikenal dengan teknik BCM yaitu Bermain, Cerita, dan Menyanyi.
Kembali kepada soal bercerita, cara ini dipilih bukan tanpa alasan. Ada tujuan dan faedahnya.
Dalam artikel berjudul Aspek-Aspek Bercerita yang ditulis NH. Bambang Bimo Suryono, ada dua tujuan bercerita.
Pertama, bercerita digunakan agar audiens bisa mengambil hikmah tanpa merasa digurui dengan nasihat-nasihat. Hikmah-hikmah tidak disamoaikan secara langsung namun melalui analogi kisah. Toh…cara inilah yang digunakan Al Qur’an untuk menyampaikan pesan kepada umat manusia.
Kedua, bercerita mempunyai tujuan agar pendengar mau berpikir dan menggunakan akalnya. Kisah bukanlah sekedar suara yang didengarkan. Namun kisah mampu membuat stimulasi kepada otak untuk berpikir menggunakan akalnya.
Kisah-kisah hikmah bisa memantik penikmat cerita. Kejadiannya bisa jadi langsung berkaitan dengan kisah hidup pendengarnya. Kalau pun tidak, kisahnya bisa menjadi pengalaman atau bahkan inspirasi aktivitas di masa depan.
Selain itu, Kak Bimo yang juga aktivis Yayasan Pusat Dakwah dan Pendidikan (YPDP) SPA (nama Yayasan SPA Indonesia di media tahun 1990an), juga menyebut ada dua faedah bercerita.
Faedah pertama adalah sebagai peneguh hari, pengajaran, dan peringatan bagi orang yang beriman. Sehingga cerita yang berkonten hikmah seharusnya berakhir dengan memberikan dampak dan manfaat bagi audiens.
Faedah kedua adalah sebagai pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Akal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Bila akal manusia mampu melakukan komputasi atas kisah, ia juga mampu untuk menduplikasi dan meneruskan ceritanya kepada manusia lainnya. (wwn/wwn)