Jika hati telah lalai dari mengingat akhirat maka akan kurang dalam beramal shaleh. Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi was salam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ دُنْيَاهُ أَضَرَّ بِآخِرَتِهِ وَمَنْ أَحَبَّ آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ فَآثِرُوا مَا يَبْقَى عَلَى مَا يَفْنَى
“Siapa yang begitu gila dengan dunianya, maka itu akan memudharatkan akhiratnya. Siapa yang begitu cinta akhiratnya, maka itu akan mengurangi kecintaannya pada dunia. Dahulukanlah negeri yang akan kekal abadi (akhirat) dari negeri yang akan fana (dunia).”
(HR. Ahmad, 4:412. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan lighairihi)
Rapat paripurna DPR RI telah mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja menjadi Undang Undang, gelombang protes terjadi di berbagai kalangan masyarakat. Omnibus law dinilai ada dusta karena ketika disahkan masih muncul draft berbagai versi, justru berdampak buruk mulai dari merugikan para buruh, potensi terjadinya PHK massal, mengakomodasi kepentingan pengusaha, hingga potensi merusak lingkungan…
Dalam surat Adz-Dzariyat juga Allah Azza wa Jalla berfirman,
قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ (10) الَّذِينَ هُمْ فِي غَمْرَةٍ سَاهُونَ 11
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan yang lalai.”
(QS. Adz-Dzariyat: 10-11)
Orang yang gila dunia urusannya akan jadi sulit. Berbeda jika seseorang mengutamakan akhirat. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ
“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.”
(HR. Tirmidzi, no. 2465. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Agar kita terhindar dari cinta dunia maka kita harus yakin dunia itu fana dibanding akhirat yang kekal abadi. Kita harus senantiasa qana’ah (menerima apa saja yang Allah Azza wa Jalla telah berikan). Kita harus mendahulukan ridha Allah Azza wa Jalla daripada hawa nafsu dan kepentingan dunia, karena akan memperoleh kenikmatan begitu banyak di surga…
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi was salam bersabda,
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ
“Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.”
(HR. Muslim, no. 2392)
Kebanyakan dari kita merasa ngeri membicarakan tentang akhirat dan kematian (pulang ke rahmatullah). Jangankan membicarakannya, membayangkannya saja kita tidak berani. Jawabannya adalah karena kita tidak siap menghadapi peristiwa menuju kehidupan di akhirat. Padahal, siap tidak siap kita pasti akan menjalaninya. Siap tidak siap kematian pasti akan datang menjemput. Daripada selalu berdalih tidak siap lebih baik mulai dari sekarang kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dan kehidupan di akhirat. Rasulullah shalallahu ‘alaihi was salam pernah bersabda bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang selalu mengingat mati. Dengan kata lain orang yang paling cerdas adalah orang yang mempunyai visi jauh ke depan…
Dengan selalu mengingat visi atau tujuan hidupnya ia akan selalu bergairah melangkah ke depan. Visi seorang muslim tidak hanya dibatasi oleh kehidupan di dunia ini saja namun lebih dari itu, visinya jauh melintasi batas kehidupan hingga ke akhirat. Visi seorang muslim adalah kembali dan berjumpa dengan Allah Azza wa Jalla. Baginya saat-saat kematian adalah saat-saat yang terindah karena sebentar lagi akan berjumpa dengan sang kekasih yang selama ini dirindukan.
Terkadang kita takut mati karena kematian akan memisahkan kita dengan orang-orang yang kita cintai. Orang tua, saudara, suami/istri, anak. Ini menandakan kita lebih mencintai mereka ketimbang Allah Azza wa Jalla. Jika kita benar-benar cinta kepada Allah Azza wa Jalla maka kematian ibarat sebuah undangan mesra dari Allah Azza wa Jalla menuju kehidupan akhirat…
Akhirnya orang yang selamat adalah orang yang menyadari bahwa semua harta dan kekuasaan adalah bukan untuk berlaku sewenang-wenang, menzalimi orang lain, melainkan sebagai sarana untuk bisa kembali kepada Allah Azza wa Jalla. Jasadnya mungkin bersimbah keluh berkuah keringat, banting tulang menundukkan dunia namun hatinya tetap hanya terpaut pada sang kekasih Allah Azza wa Jalla…
Kita dianjurkan untuk senantiasa berdoa, sebagaimana doa Rasulullah shalallahu ‘alaihi was salam,
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ
“Ya Allah, perbaikilah untukku agamaku yang merupakan pelindung segala urusanku. Perbaikilah urusan duniaku yang merupakan tempat aku mencari kehidupan. Perbaikilah urusan akhiratku yang merupakan tempat aku kembali. Jadikanlah kehidupanku ini sebagai tambahan segala kebaikan bagiku dan jadikanlah kematianku sebagai istirahat bagiku dari segala keburukan.”
(HR. Muslim)
Ada nasihat yang bijaksana yang patut kita renungkan: “Setidaknya, terangilah dunia kita tanpa harus meredupkan cahaya orang lain.” Manusia pada dasarnya tidak bisa hidup tanpa orang lain. Saling berbagi, saling membantu, saling bekerja sama, saling melengkapi dan saling menyempurnakan adalah anugrah dari Allah azza wa Jalla. Segala skenario yang telah Allah Azza wa Jalla tetapkan menjadi garis kehidupan yang harus kita lalui. Malam menelan mentari namun langkah kaki masih berjalan pada waktu yang menuntun setiap kehidupan manusia. Segala masalah yang menghampiri harus dijadikan pelajaran untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Tak perlu resah dan meredupkan cahaya orang lain. Cukup jalani saja dengan cara kita dan nikmati setiap proses kehidupan kita…
Jika hari kemarin adalah kesalahan semoga hari ini menajdi awal sebuah proses untuk menjadikan kita agar hidup lebih baik. Hari yang cerah akan segera menghampiri. Jalanilah terus tak usah gusar, ragu apa lagi takut. Walter scott pernah bilang hope is brightest when it drawn from fears. Dan manakala ketakutan itu dapat dikendalikan, ia akan berubah menjadi sebuah energi besar yang mampu membangkitkan kehidupan, yang kita sebut sebagai mukjizat. Jadi selamat menjalani kehidupan dan menikmati segala keindahan Maha Karya-Nya. Jangan banyak berdusta, terbenam dalam kebodohan yang lalai…